Friday 28 June 2013

"BATAS" - antara keinginan dan kenyataan



Satu lagi film Indonesia yang berkisah tentang pendidikan di Indonesia. Film yang dirilis pada tanggal 19 Mei 2011 ini sangat menginspirasi semangat belajar, semangat berjuang untuk perkembangan daerah dengan tidak melupakan local wisdom.

Dikisahkan bahwa Jaleswari (diperankan oleh Marcella Zalianty) mengemban tugas untuk masuk ke daerah perbatasan Entikong, Kalimantan Barat dan memperbaiki kesalahan program CSR bidang pendidikan. Keinginan-pun tidak berjalan sesuai rencana, walaupun anak-anak daerah perbatasan miliki semangat yang luar biasa untuk belajar. Menurut masyarakat adat setempat sekolah tidak begitu penting jika tidak dipadukan dengan kebijakan lokal. Selain itu, terdapat juga human trafficking yang terjadi di daerah perbatasan dimana pemudi dan anak-anak di bawah umur menjadi object penjualan ke Malaysia. Ironisnya, sindikat mafia human trafficking tersebut adalah orang Dayak sendiri sehingga tidak banyak masyarakat yang berani melawannya.

Namun tantangan terbesar yang dihadapi masyarakat perbatasan sebenarnya adalah konflik batin yang mana para pemuda ingin merantau melintasi garis perbatasan untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Mereka iri karena masyarakat Dayak Kalimantan bernasib tidak sebaik masyarakat Dayak Malaysia yang terletak hanya beberapa kilometre dari garis perbatasan. Beberapa dari masyarakat Dayak kalimantan telah menemukan bahwa kehidupan diluar garis perbatasan sangatlah indah, teratur, dan menjanjikan walaupun hanya bekerja sebagai buruh kasar; akibatnya, banyak dari para perantau tersebut tinggal menetap di Malaysia dan lupa akan kampung halamannya.

Motivasi yang dilontarkan oleh Jaleswari dan Sang Panglima (diperankan oleh Piet Pagau) telah membangkitkan semangat Adeus (guru SD setempat) untuk terus berjuang, terus mengajar murid-murid dan menanamkan nilai nasionalis membangun daerah daripada merantau mencari kerja di Malaysia. Film ini menyampaikan pesan bahwa potensi alam Entikong sangatlah kaya. Apabila kita mampu membaca potensi daerah dan memanfaatkannya secara bijak dan effisien, niscaya kita bisa lebih makmur daripada kehidupan diluar perbatasan.

Pada akhirnya semangat belajar dan nasionalisme berhasil kembali ditanamkan oleh Jaleswari dan pendidikan anak di daerah Entikong berhasil dilanjutkan oleh Adeus.




M. Gibran
LPDP 2013

No comments:

Post a Comment