Satu lagi film Indonesia yang berkisah tentang
pendidikan di Indonesia. Film yang dirilis pada tanggal 19 Mei 2011 ini sangat
menginspirasi semangat belajar, semangat berjuang untuk perkembangan daerah
dengan tidak melupakan local wisdom.
Dikisahkan bahwa Jaleswari (diperankan oleh Marcella Zalianty) mengemban tugas untuk masuk
ke daerah perbatasan Entikong, Kalimantan Barat dan memperbaiki kesalahan
program CSR bidang pendidikan. Keinginan-pun tidak berjalan sesuai rencana,
walaupun anak-anak daerah perbatasan miliki semangat yang luar biasa untuk
belajar. Menurut
masyarakat adat setempat sekolah tidak begitu penting jika tidak dipadukan
dengan kebijakan lokal. Selain itu, terdapat juga human trafficking yang terjadi di daerah perbatasan dimana pemudi
dan anak-anak di bawah umur menjadi object penjualan ke Malaysia. Ironisnya,
sindikat mafia human trafficking
tersebut adalah orang Dayak sendiri sehingga tidak banyak masyarakat yang
berani melawannya.
Namun tantangan terbesar yang dihadapi masyarakat
perbatasan sebenarnya adalah konflik batin yang mana para pemuda ingin merantau
melintasi garis perbatasan untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Mereka iri
karena masyarakat Dayak Kalimantan bernasib tidak sebaik masyarakat Dayak Malaysia
yang terletak hanya beberapa kilometre dari garis perbatasan. Beberapa dari
masyarakat Dayak kalimantan telah menemukan bahwa kehidupan diluar garis
perbatasan sangatlah indah, teratur, dan menjanjikan walaupun hanya bekerja
sebagai buruh kasar; akibatnya, banyak dari para perantau tersebut tinggal
menetap di Malaysia dan lupa akan kampung halamannya.
Motivasi yang dilontarkan oleh Jaleswari dan Sang
Panglima (diperankan oleh Piet Pagau) telah membangkitkan semangat Adeus (guru SD setempat) untuk terus
berjuang, terus mengajar murid-murid dan menanamkan nilai nasionalis membangun
daerah daripada merantau mencari kerja di Malaysia. Film ini menyampaikan pesan
bahwa potensi alam Entikong sangatlah kaya. Apabila kita mampu membaca potensi
daerah dan memanfaatkannya secara bijak dan effisien, niscaya kita bisa lebih
makmur daripada kehidupan diluar perbatasan.
Pada akhirnya semangat belajar dan nasionalisme berhasil kembali ditanamkan oleh Jaleswari dan pendidikan anak di daerah Entikong berhasil dilanjutkan oleh Adeus.
M. Gibran
LPDP 2013
No comments:
Post a Comment